oleh : Sunardi Subus
Kalau idealialisme kita dalam mempertahan kan budaya lokal madura adalah menjaga masuk nya gelobalisasi, sudah terlambat sebab gelobali sasi sudah lama masuk dan bermain di bumi madura, yang perlu kita lakukan dalam membente ngi budaya lokal madura dari serangan gelobalisa si adalah meruba pola pikir masyarakat madura terhadap budayanya sendiri. Sebab budaya lokal madura ditinggalkan oleh masyarakat madura karena pola pikir masyarakat madura yang se mula serat dengan budayanya sendiri tersuapi budaya modern, dan itu dianggap paling heboh.
Tajuk berupa Kongres Kebudayaan Madura KKM yang dilaksanakan di Sumnenep Tanggal 9 s/d 11 Maret 2007, merupakan instrumen awal paling strategis merubah pola pikir masyarakat madura terhadap budayanya senndiri. KKM kata Mohammad Suadi RB. Hadirnya KKM sebagai lang kah awal untuk mentradisikan kebudayaan lokal madura yang mulai tergenes (Radar Madura 12-8/1).
Namun, KKM tidak akan mampu memberikan perubahan budaya madura yang signifikan kalau KKM tidak mampu memberikan perubahan pola pikir yang kritis dan realitis terhadap masyarakat madura dalam rangka menepis dan memahami lebih dalam lagi kearifan budaya lokal madura. Nilai-nilai KKM itu bisa akan mampu memberikan perubahan budaya madura yang dinamis, kalau KKM ini menjadi sebuah agenda kegiatan yang aksinya melestarikan budaya madura, sehingga dengan demikian masyarakat madura bisa meli hat dan merasakan terhadap lestarinya budaya nya sendiri, yang kemudian akan memunculkan kesadaran berfikir untuk juga ikut melestarikan, menjaganya dan mewarisinya kepada generasi selanjutnya. Kesadaran seperti inilah yang sebe narnya kita inginkan bersama dalam rangka men jaga keutuhan budaya lokal madura.
Mengawinkan Budaya Lokal Madura Dengan Budaya Modern.
Di atas telah disinggung bahwa kita tidak bisa menulak globalisasi yang banyak mendatangkan budaya baru, bahkan kalau berfikir kritis dan logis, mengetahui terhadap subtansi dari globalisasi tentu kita membutuhkan globalisasi, karena globlisasi banyak mendatangkan manfaat, sehingga dapat dikatakan globalisasi merupakan instrumen dalama rangka merubah hidup yang lebih terbuka, globalisa si tidak jahat, globalisasi tidak akan merusak agama, globalisasi juga tidak akan merusak dan mengubur kan seni dan budaya madura, tetapi globalisasi ma suk ke madura tercinta untuk memberikan peruba han hidup yang lebih terbuka yang penuh makna.
Namun kedatangan globalisasi ke madura ini bisa menjadi racun dalam kehidupan beragama, berseni dan berbudaya; apabila pola pikir kita kurang jernih dalam memahami globalisasi. Kita tidak boleh bersikap apatis terhadap globalisasi, kerena jelas globalisasi merupakan motor bagi kita untuk melestarikan agama, seni dan budaya madura, teta pi yang perlu kita rubah adalah sikap pikir kita terha dap globalisasi dan budaya madura tercinta kita. Apalagi sebentar lagi pada tahun 2010 Pemba ngunan Suramadu akan selesai, selesainya Pemba ngunan Suramadu merupakan tantangan besar bagi masyarakat madura, sebab budaya luar akan masuk k emadura semakin liar; kalau budaya luar sampai bisa merebak pola pikir masyarakat madura maka dipastikan budaya madura yang merupakan warisan nenek moyang tercinta ini akan terkubur, yang ada hanya cerita yang kemudian menjadi legenda yang tidak dapat dilestarikan dan dinikmati.
Karena budaya luar sudah terlanjur masuk ke dalam madura, maka kita harus berfikir agar buda ya luar itu tidak sampai menutupi budaya asli madu ra. Salah satu solusi dari penulis adalah kita harus mampu melihat, berfikir dan menyeleksi, mana bu daya madura dan mana bukan budaya madura, kemudian kita harus mampu mengawinkan dari keduanya, sebab kalau budaya madura dan modern masih tetap dipertentangkan budaya madura akan kalah dikarenakan peminatnya yang sedikit apalagi dianggap monoton kurang asik, tetapi bu daya luar asik dan menghebokan peminat pun juga luas.
Tetapi dalam perkawinannya nanti, budaya madura harus mampu menyekting budaya modern, sehingga dengan demikian budaya madura akan mampu memberikan nilai-nilai positif terhadap budaya modern, yang nanti dapat dikatakan buda ya modern ala madura, dengan demikian budaya madura akan terus lestari, bisa dinikmati dan bisa diwarisi sesuai dengan perkembangan zaman.
Memang rasanya sulit sekali untuk menentu kan dan mengatakan otentitas budaya madura, sebab budaya madura sudah melebur dengan bu daya luar, tetapi paling tidak ini merupakan salah satu jalan agar budaya madura terus lestari dan dicintai oleh masyarakat madura dan tidak terkubur dengan adanya budaya baru yang masuk ke ma dura. Perkawinan budaya ini hanya sekedar instru men untuk bisa membentengi budaya madura dari seranggannya, tetapi dalam pelaksanaannya nan ti budaya madura yang harus ditonjolkan terlebih dahulu.
Kalau kita memang menginginkan budaya asli madura, kita harus bikin langkah atau kajian-kajian khusus mengenai keotentikan budaya madura. Di sinilah kita akan menemukan keotentikan budaya madura yang perlu terus dilestarikan, dipertahan kan dan diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya sehingga budaya madura tetap lestari dan nilainya dapat dijadikan tradisi dalam kehi dupan kita sehari-hari.
Sumber :
http://tabloid_info.sumenep.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=229&Itemid=32
21 Juli 2007
Selasa, 26 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar